Laba Bersih Timah Turun 41% di Q1 2024, Ini Alasannya

Laba Bersih Timah Turun 41% di Q1 2024, Ini Alasannya


Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan pertambangan pelat merah PT Timah (TINS) membukukan laba bersih Rp 29,54 miliar pada kuartal I 2024. Laba tersebut turun 41%, turun 41% dibandingkan periode 2023 yang senilai Rp 50,27 miliar.

Sementara laba bersih per saham dasar dan dilusian turun menjadi Rp4 per saham dari sebelumnya Rp7 per saham.

Mengutip laporan keuangannya, penurunan laba bersih tersebut disebabkan oleh penurunan penjualan TINS ​​sebesar 5,5% dari Rp 2,17 triliun menjadi Rp 2,05 triliun pada kuartal I tahun ini.

Penurunan pendapatan didorong oleh kenaikan rata-rata harga jual timah metalik sebesar 1,9% dari $26,573 per metrik ton pada kuartal pertama tahun 2023 menjadi $27,071 per metrik ton pada kuartal pertama tahun 2024 dan penurunan beban pokok pendapatan sebesar 7,7. % dari Rp1,91 triliun pada Q1 2023 menjadi Rp1,76 triliun pada Q1 2024.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT TIMAH Tbk. Fina Eliani mengatakan, di tengah kondisi global yang tidak menentu, penurunan persediaan di LME dan Shanghai Stock Exchange, serta gejolak politik di negara-negara pengekspor timah menghambat rantai pasok timah global sehingga turut mendorong kenaikan timah dunia. harga di bursa LME.

Namun momentum tersebut dimanfaatkan dengan baik seiring dengan upaya meningkatkan kinerja produksi dan operasional secara signifikan sekaligus memperbaiki pengelolaan timah di Indonesia, sehingga perseroan berhasil membukukan laba positif.

“Fokus perseroan dalam meningkatkan produksi dengan menambah fasilitas penambangan dan pembukaan lokasi baru, strategi recovery plan, dan program efisiensi berkelanjutan perlahan berdampak pada peningkatan kinerja keuangan perseroan hingga menunjukkan laba positif seiring dengan perbaikan pada kuartal I 2024. ” dalam administrasi pertambangan dan perdagangan timah Indonesia,” ujarnya, Kamis (2 Mei).

Hingga kuartal I 2024, TINS ​​​​mencatat produksi bijih timah sebanyak 5.360 ton, meningkat 29,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 4.139 ton. Produksi logam naik 12,7% menjadi 4.475 ton dibandingkan 3.970 ton pada periode yang sama tahun lalu, sedangkan penjualan logam timah turun 17% menjadi 3.524 ton dibandingkan 4.246 ton pada periode yang sama tahun lalu.

Harga jual rata-rata logam timah adalah $27.071 per metrik ton, meningkat 1,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar $26.573 per metrik ton.

Pada periode ini, TINS ​​mencatatkan ekspor timah sebesar 91% dengan 6 negara tujuan ekspor teratas antara lain Singapura 22%, Korea Selatan 14%, Amerika Serikat 11%, Jepang 9%, India 8%, dan Belanda 8%.

Seiring dengan penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan juga turun menjadi Rp1,76 triliun dari sebelumnya Rp1,90 triliun. Dengan demikian, laba kotor TINS ​​​​sebesar Rp 295,39 triliun, meningkat 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 263,38 miliar.

Sedangkan beban umum dan administrasi mencapai Rp202,60 miliar, turun dari Rp220,37 miliar. Namun beban pokok penjualan meningkat dari Rp 23,07 miliar, dari Rp 21,69 miliar. Beban keuangan meningkat menjadi Rp57,88 miliar dari Rp55,85 miliar. Pendapatan finansial meningkat menjadi Rp8,78 miliar dari Rp4,27 miliar. Pendapatan lain-lain juga turun menjadi Rp16,68 miliar dari Rp109,06 miliar.

Laba sebelum pajak penghasilan sebesar Rp 48,78 miliar, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 83,26 miliar. Beban pajak penghasilan turun menjadi Rp19,23 miliar dari sebelumnya Rp32,98 miliar.

Sedangkan ekuitas TINS ​​​​hingga kuartal I tahun ini senilai Rp 6,36 triliun, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,24 triliun. Tercatat, total liabilitas turun menjadi Rp6,45 triliun dari akhir tahun 2023 menjadi Rp6,61 triliun.

Nilai aset Perseroan pada kuartal I 2024 sebesar Rp 12,82 triliun. Sedangkan posisi liabilitas sebesar Rp6,46 triliun turun 2,35% dari posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp6,61 triliun karena berkurangnya utang berbunga dan biaya yang masih harus dibayar.
Posisi ekuitas sebesar Rp6,37 triliun, naik 2,01% dari posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp6,24 triliun.

Saat ini, harga rata-rata timah LME CSP pada bulan Maret 2024 naik 12% menjadi $29.084 per ton dari rata-rata harga timah LME CSP tahun 2023 sebesar $25.959 per ton dan perkiraan harga timah Bloomberg sebesar USD23.000-29.000 per metrik ton.

Hingga kuartal I-2024, berbagai upaya telah dilakukan perseroan untuk meningkatkan kinerja operasional dan produksi, antara lain optimalisasi produksi penambangan lepas pantai dan darat, optimalisasi fasilitas penambangan, serta optimalisasi produksi dari pengolahan tailing.

“Selanjutnya, perseroan berupaya mencapai target produksi dengan menerapkan beberapa inisiatif strategis seperti peningkatan sumber daya dan cadangan secara organik/anorganik, optimalisasi penambangan dan pengolahan timah primer melalui peningkatan recovery, perbaikan manajemen kemitraan pertambangan, optimalisasi produksi melalui percepatan pembukaan lokasi baru. dan efisiensi berkelanjutan di seluruh lini bisnis,” tutupnya.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel lain

Saham TINS ​​terpuruk karena tersangkut kasus korupsi?

(ahh/ahh)


Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *